
Paperkaltim.id, Jakarta - Ketegangan dagang global kembali memanas setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan kebijakan tarif impor tambahan terhadap sejumlah negara mitra pada Rabu malam (2/4) waktu setempat. Langkah sepihak ini langsung menuai reaksi keras dari dua negara besar, yakni China dan Prancis, yang menolak melakukan negosiasi dan justru merespons dengan tindakan tegas.
China: Balasan Setimpal dan Langkah Konfrontatif
Pemerintah China merespons pengenaan tarif ganda dari ASâsebesar 20 persen pada gelombang pertama dan 34 persen pada gelombang keduaâdengan menetapkan tarif balasan sebesar 34 persen terhadap seluruh produk asal AS yang masuk ke pasar domestik. Kebijakan ini akan mulai berlaku efektif pada 10 April 2025, seperti disampaikan oleh Kementerian Keuangan China, Jumat (4/4).
Tak hanya membalas tarif, Beijing juga memperketat ekspor beberapa jenis logam tanah jarang ke AS. Pembatasan ini menyasar elemen penting seperti samarium, gadolinium, terbium, dan dysprosium, yang merupakan bahan utama dalam berbagai industri teknologi tinggi. Langkah ini diambil atas dasar perlindungan kepentingan nasional dan komitmen terhadap perjanjian non-proliferasi.
Sebagai bentuk sanksi tambahan, 16 entitas asal AS juga masuk dalam daftar larangan ekspor barang penggunaan ganda, sementara 11 perusahaan lainnya, termasuk Skydio Inc. dan BRINC Drones, masuk ke dalam daftar âentitas tidak dapat diandalkan.â Perusahaan-perusahaan ini dilarang melakukan investasi dan perdagangan di China akibat keterlibatan mereka dalam penjualan senjata ke Taiwan.
China pun meluncurkan penyelidikan anti-dumping terhadap tabung CT medis dari AS dan India, serta menghentikan sementara impor sorgum, unggas, dan tepung dari tiga perusahaan Amerika, yang berpotensi mengguncang sektor pertanian AS.
Prancis: Seruan Patriotisme dan Penangguhan Investasi
Sementara itu, Prancis memilih jalan berbeda namun tetap tegas. Presiden Emmanuel Macron secara terbuka meminta perusahaan-perusahaan Prancis untuk menunda rencana investasi di AS sampai Washington memberikan penjelasan lebih lanjut terkait kebijakan tarif yang baru diumumkan. Ia menyebut kebijakan Trump sebagai âHari Pembebasanâ yang justru mengancam hubungan dagang bilateral.
Menteri Ekonomi Prancis, Eric Lombard, mendukung seruan tersebut dengan meminta perusahaan-perusahaan dalam negeri menunjukkan sikap patriotik. Ia menegaskan bahwa membuka pabrik atau melakukan ekspansi bisnis ke AS saat ini hanya akan menguntungkan satu pihak, yaitu Amerika.
Paris juga menegaskan bahwa tanggapan terhadap AS harus dikordinasikan melalui Uni Eropa, meski balasan tidak harus berbentuk tarif. Alternatif lain seperti pembatasan investasi atau hambatan non-tarif juga sedang dipertimbangkan.