
Paperkaltim.id, Jakarta â PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pengelola jaringan restoran KFC Indonesia, menerima dukungan finansial besar dari pemegang saham utama, termasuk pengusaha Anthoni Salim. Dana yang dikucurkan melalui skema private placement pada semester pertama 2025 diperkirakan mencapai Rp40 hingga Rp80 miliar.
Injeksi modal ini dilakukan untuk memperkuat struktur keuangan perusahaan setelah kerugian yang signifikan pada 2024, yakni mencapai Rp796 miliar. Selain itu, FAST juga mengalami defisit modal kerja neto sebesar Rp1,26 hingga Rp1,67 triliun, mendorong perlunya penguatan modal dan efisiensi operasional.
Dana segar tersebut difokuskan pada pengelolaan persediaan, pelunasan utang jangka pendek, serta optimalisasi sistem distribusi dan operasional gerai. Langkah ini diambil agar operasional perusahaan kembali stabil dan mampu menghadapi fase pertumbuhan baru.
Private placement dilakukan dengan menerbitkan 533 juta saham baru dengan harga Rp150 per lembarâlebih rendah dari harga pasar yang sekitar Rp230. Investasi tersebut melibatkan PT Gelael Pratama dan PT Indoritel Makmur Internasional, entitas bisnis di bawah Grup Salim.
Meski rencana ini sempat menyebabkan penurunan harga saham FAST hampir 10 persen karena kekhawatiran akan dilusi saham, manajemen tetap yakin bahwa suntikan dana ini adalah strategi penyelamatan. Termasuk di dalamnya opsi menjual saham treasuri dan menjaminkan aset milik anak usaha, PT Jagonya Ayam Indonesia.
Dana tersebut juga dialokasikan untuk pembenahan manajemen gudang, pelunasan kewajiban, digitalisasi sistem pemesanan, hingga ekspansi gerai. Fokus ini diharapkan mengembalikan kepercayaan pasar dan memperkuat kinerja jangka panjang.
Setelah penyuntikan modal, kepemilikan saham Gelael Pratama naik menjadi 41,18 persen dan Indoritel menjadi 37,51 persen, sementara porsi publik turun menjadi sekitar 14 persen. Meski terdampak dilusi, investor ritel diharapkan menikmati dampak positif dari pemulihan yang berkelanjutan.
Langkah Anthoni Salim melalui Indoritel mencerminkan optimisme terhadap prospek KFC Indonesia. Namun, FAST kini dituntut membuktikan bahwa restrukturisasi ini bukan sekadar upaya pemadam krisis, melainkan awal dari transformasi bisnis yang berkelanjutan.